Rabu, 27 Juni 2012

1 Service Oriented Architecture (SOA)

1. Teori tentang Service Oriented Architecture (SOA)
SOA,  sebagai  paradigma  abstrak, seringkali  direpresentasikan  sebagai  arsitektur dasar  terdistribusi  tanpa  referensi  cara  untuk  mengimplementasikannya. Disandingkan  dengan  platform  layanan  Web  dan  satu  set  prinsip-prinsip  orientasi pelayanan yang umum diterima, SOA telah muncul sebagai platform arsitektur yang berbeda secara eksplisit dari pendahulunya. Hal  ini memperkenalkan  konsep-konsep baru  yang  didukung  oleh  teknologi terpilih  yang  secara  signifikan  meningkatkan karakteristik  platforms  komputasi  terdistribusi  umum  sehingga  lingkungan berorientasi-layanan sering kali berakhir mendefinisikan ulang infrastruktur TI.

SOA  adalah  sebuah  kerangka  kerja  untuk  mengintegrasikan  proses  bisnis  dan mendukung  infrastruktur  teknologi  informasi  dan  menstandarisasi  komponen-komponen  layanan  yang  dapat  digunakan  kembali  dan  digabungkan  sesuai  dengan prioritas  bisnis.  SOA  bersifat  loosely  coupled  (tingkat  kebergantungan  antar komponen  rendah), highly  interoperable  (mudah  dioperasikan),  reusable  (dapat digunakan kembali), dan interoperability (dapat berkomunikasi antar platform).

2. Definisi SOA
Thomas Erl:
"SOA  is  a  form  of  technology  architecture  that  adheres  to  the  principles  of  service-orientation.  When  realized  through  the  Web  services  technology  platform,  SOA establishes  the  potential  to  support  and  promote  these  principles  throughout  the business process and automation domains of an enterprise".

Judith Hurtwiz, et.al:
"SOA is an architecture for building business applications as a set of loosely coupled black  box  components  orchestrated  to  deliver  a  well-defined  level  of  service  by linking together business processes".

3. Prinsip-prinsip SOA
  1. Loose  coupling. Layanan  menjaga  hubungan  yang  meminimalkan  dependensi dan hanya mempertahankan kesadaran akan keberadaan satu sama lain.
  2. Kontrak  layanan. Layanan  mematuhi  perjanjian  komunikasi,  seperti  yang didefinisikan secara kolektif oleh satu atau lebih deskripsi layanan dan dokumen terkait.
  3. Otonomi. Jasa memiliki kendali atas logika yang mereka encapsulate.
  4. Abstraksi. Melampaui  apa  yang  dijelaskan  dalam  kontrak  jasa,  layanan menyembunyikan logika dari dunia luar.
  5. Reusability  Logika  dibagi  menjadi  layanan-layanan  dengan  tujuan mempromosikan penggunaan kembali.
  6. Koleksi  layanan  Composability  dapat  dikoordinasikan  dan  dirakit  untuk membentuk layanan komposit.
  7. Layanan Statelessness meminimalkan informasi yang tersisa spesifik untuk suatu kegiatan.
  8. Layanan Discoverability  dirancang agar   terlihat deskriptif  sehingga  mereka dapat ditemukan dan digunakan melalui mekanisme penemuan yang tersedia.  
4. Keuntungan SOA
Terdapat  beberapa  keuntungan  dalam  mengadaptasi  SOA.  Namun,  banyak keuntungan  yang  dijanjikan  oleh  SOA  tidak  terlihat  hingga  prinsip-prinsip  orientasi pada layanan sudah tertanam pada perusahaan. 

  1. Peningkatan  integrasi  (dan  interoperabilitas  intrinsik). Biaya  dan  upaya  integrasi  lintas-aplikasi  yang  secara  signifikan  menurun  ketika aplikasi yang terintegrasi adalah SOA-compliant.
  2. Inherent Use. Membangun layanan  yang inherently  reusable membutuhkan  usaha  ekstra dan memerlukan  penggunaan  standar  desain. Selanjutnya  meningkatkan penggunaan kembali dalam  layanan akan menurunkan  biaya  dan  upaya  membangun  solusi service-oriented.
  3. Merampingkan arsitektur dan solusi. Pesan  komunikasi  berbasis  SOA mampu,  pada  kenyataannya, meningkatkan persyaratan  kinerja  jika  dibandingkan  dengan  gaya  komunikasi  RPC  dalam arsitektur tradisional terdistribusi.
  4.  Meningkatkan investasi warisan (legacy). Biaya  dan  upaya  mengintegrasikan  warisan  dan  solusi  kontemporer diturunkan. Kebutuhan sistem warisan harus diganti berpotensi berkurang.
  5. Menetapkan standar representasi data XML. Biaya  dan  upaya  pengembangan  aplikasi  berkurang  setelah  proliferasi  standar representasi data XML dicapai. 
  6. Fokus investasi pada infrastruktur komunikasi. Biaya  skala  infrastruktur  komunikasi  berkurang,  karena  hanya  satu  teknologi komunikasi diperlukan untuk mendukung bagian federasi dari perusahaan.
  7. Alternatif  "Best-of-breed". Potensi cakupan pemenuhan kebutuhan bisnis meningkat, seperti halnya kualitas
    otomatisasi bisnis. 
  8. Keleluasaan organisasi. Biaya  dan  upaya  untuk  merespon  dan  beradaptasi  dengan  perubahan  bisnis  atau teknologi yang berhubungan berkurang. 
Referensi:

Erl,  Thomas. Service  Oriented  Architecture:  Concepts,  Technology,  and  Design, S.L.: Prentice Hall PTR, 2005.
Hurtwiz, Judith, et al. Service Oriented Architecture for Dummies. Indianapolis : Wiley Publishing Inc., 2009.

1 RACI Chart pada COBIT 4.1 Framework

RACI  pada  COBIT 4.1 berfungsi  untuk  menunjukkan  peran  dan  tanggungjawab suatu  fungsi  dalam organisasi  terhadap  suatu  aktivitas  tertentu  dalam IT  control objective. Peran dan tanggungjawab merupakan dua hal yang sangat berkaitan erat dengan  proses  pembuatan  keputusan.  Suatu  keputusan  dapat  dibuat  oleh  pihak- pihak yang memang memiliki kewenangan sebagai pembuat keputusan.

RACI  diterapkan  pada  setiap  aktivitas  di  dalam IT  control  objective  untuk mendukung kesuksesan IT process pada keempat domain. Tujuan dari pemberian peran  dan  tanggungjawab  ini  adalah  untuk  memperjelas  pemilik aktivitas, sekaligus  sebagai  sarana  untuk  menentukan  peran  dari  fungsi-fungsi  lainnya terhadap suatu aktivitas tertentu. Pembahasan tiap aktivitas pada setiap IT control objective akan  disampaikan  dalam  bentuk  diagram yang  menghubungkan  antara aktivitas  dengan  fungsi-fungsi  yang  terdapat  dalam  organisasi.  Diagram  ini kemudian disebut sebagai RACI Chart.

Peran-peran dalam RACI chart dikategorisasikan untuk semua proses sebagai:
1.  CEO (Chief of Executive Officer)
2.  CFO (Chief of Financial Officer)
3.  Business Executive
4.  CIO (Chief of Information Officer)
5.  Business Process Owner
6.  Head Operations
7.  Chief Architect
8.  Head Development
9.  Head IT Administration
10. PMO (Project Manager Officer)
11. Compliance, Audit, Risk and Security
12. Service Manager

Referensi:
ITGI (2007): COBIT 4.1, IT Governance Institute, Illinois, USA. www.itgi.org

0 DDC (Dewey Decimal Classification)

Dalam  dunia ilmu  informasi  dan  perpustakaan,  dikenal  sistem-sistem pengklasifikasian  berbagai  disiplin  ilmu  yang  bertujuan  untuk  mengorganisir  ilmu pengetahuan.  Salah  satunya  dikenal  yaitu  DDC  (Dewey  Decimal Classification) Sistem ini dikembangkan tahun 1876 oleh Melvin Dewey, seorang pustakawan  asal  Amerika  Serikat  yang  membagi  ilmu  pengetahuan  ke  dalam  10 (sepuluh)  kelas  utama,  100  divisi,  dan  1000  seksi  (sections).  Pembagian  ini didasarkan  bahwa  ilmu  pengetahuan  yang  ada  saat  ini  harus  mampu  dipahami dengan  baik  oleh  semua  pihak.  Untuk  itu,  digunakan  angka  sebagai  pembeda  ilmu pengetahuan,  pengkategorian  ilmu  secara  rinci,  hirarki  yang  dapat  dikembangkan setiap  saat  tanpa  mengubah  struktur  yang  sudah  ada  dan  mampu  menjelaskan keterkaitan  antara  satu  disiplin  ilmu  dengan  yang  lainnya.  10  kelas  utama  dalam DDC dapat dilihat dalam daftar di bawah ini.

Kelas  Deskripsi
000  Computer science, information & general works
100  Philosophy & psichology
200  Religion
300  Social science
400  Language
500  Mathematics & natural science
600  Applied science & technology
700  Arts & recreation
800  Literature
900  History, geography & biography

Sistem  klasifikasi  DDC  ini  digunakan  oleh  banyak  perpustakaan  di  seluruh  dunia.Mungkin  karena  hirarki  pengetahuan  yang  begitu  mudah  untuk  dipahami  dan pengkategorian yang simpel dan luwes sehingga memudahkan para pekerja informasi di perpustakaan untuk menggunakan DDC sebagai alat bantunya.

Referensi:
1. OCLC. [Online] [Cited: June 27, 2012.] http://www.oclc.org/dewey/.
2. Dewey  Decimal  Made  Fun.  [Online]  [Cited:  June 27,  2012.] http://www.deweybrowse.org/Dewey_Classification.html.
 

Blog CIO Indonesia Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates